Jakarta-CS, 20/3/17 (BENDERRA/SOLUSSI): Penolakan secara masif disuarakan banyak warga, juga kalangan Netizen terhadap rencana Pemerintah membatasi operasional transportasi ‘online’.
Selang tiga hari terkini, penolakan itu nyata bukan hanya secara verbal, juga di dunia maya.
“Kami yang banyak beraktivitas, sudah merasakan manfaat transportasi ‘online’. Selain ada jaminan tarif, juga kebersihan, kenyamanan dan keamanan,” kata Mozes Hukom, 57 tahun, seorang profesional yang bekerja di salah satu perusahaan penerbangan nasional, ketika berbincang dengan Tim ‘BENDERRAnews’ di Jakarta, Senin (20/3/17).
Sementara itu, seorang pekerja swasta, Johannes Maringka, 50, secara terpisah menyatakan, selain gampang diakses, juga harganya terjangkau.
Sementara itu, warga internet alias Netizen menganggap rencana itu tidak tepat dan justru merugikan masyarakat.
Akun @agnazel berkicau, sistem transportasi online lebih baik dari sisi teknis maupun penerapan di lapangan, ketimbang transportasi konvensional.
“Taksi online lebih murah, sistem ulasan dan evaluasi driver (pengemudi) yang lebih terbuka, perhitungan tarif yang terbuka dan anti palak (pemaksaan),” ujar @agnazel seperti dikutip dari Twitter, Jumat (17/3/17) lalu.
Akun @ikrimisasi juga berkicau bahwa perilaku sopir taksi konvensional selama ini menjadi penyebab konsumen berpindah ke transportasi online.
Sebab, tak jarang para sopir taksi itu justru meminta tarif melebihi angka yang tertera di dalam argometer.
“Itulah yang memilih kami lebih memilih angkutan online,” kata akun tersebut.
Muncul pula kicauan bernada satir dari Annastasya Isabelle yang mendukung rencana pemerintah.
Dia ‘mendukung’ rencana pemerintah membuat tarif transportasi online lebih mahal ketimbang saat ini.
“Tidak apa-apa tarif taksi online dimahalin, udah gitu orang akan lebih pilih naik kendaraan pribadi karena bensin murah. Trus bikin macet deh,” tutur @syannastasja. Demikian ‘Wartakota.com’, sebagaimana diolah Tim ‘BENDERRAnews’ dan ‘SOLUSSInews’, untuk ‘Cahayasiang.com’. (Tim)