Lippo Village, 27/7/17 (SOLUSSInews) – Secara terbuka, kunci bisnis Lippo Group yang berkembang pesat diungkap langsung oleh pendiri sekaligus ‘Chairman’ Lippo Group, Mochtar Riady. Penyebabnya, ialah, Lippo Group selalu memperhatikan kebutuhan serta memperingan beban masyarakat.
Demikian ulasan pembuka, sebagaimana dilansir ‘MediaIndonesia.com’ Edisi Selasa (11/7/17) lalu, yang dikompilasi berdasarkan Kantor Berita ‘Antara’.
Mochtar memberikan contoh Rumah Sakit Siloam yang Lippo bangun. “Standar RS Siloam sama dengan yang berlaku di Amerika Serikat atau Jepang dan pelayanan setara Singapore Airline. Meskipun demikian, tarifnya setara dengan Mc Donald. Akibatnya, RS Siloam banyak dicintai masyarakat dan dapat terus berkembang sampai saat ini,” kata Mochtar dalam sebuah perhelatan Keluarga Besar Lippo Group di Lippo Village, kawasan Karawaci, Kabupaten Tangerang, Banten, awal Juli lalu.
Baru-baru ini, Lippo Group hendak membangun Rumah Sakit Siloam empat lantai di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua. Pembangunan fisik rumah sakit direncanakan pada September 2017 dan dipusatkan di ibu kota Kabupaten Jayawijaya, tepatnya di sekitar Mal Wamena.
Rumah Sakit Siloam itu bakal memiliki kapasitas 200 kamar untuk pasien peserta BPJS dan 50 kamar very important person (VIP) untuk kalangan pejabat.
Terbesar di Asia
Mochtar melanjutkan, dalam membangun properti, Lippo selalu berwawasan kota. Itu berarti properti yang dikembangkan bukan sekadar hunian, melainkan seluruh fasilitas dan infrastruktur harus tersedia seperti sekolah, rumah sakit, dan tempat belanja.
Lihat saja, awalnya lahan di Karawaci belum bernilai apa-apa. Sesudah dibangun Sekolah Pelita Harapan, Rumah Sakit Siloam, serta supermal terbesar di Asia, kawasan tersebut spontan menjadi ramai dengan hunian.
“Prinsip yang sama juga dikembangkan megaproyek Meikarta di Cikarang, Jawa Barat, dengan total nilai Rp200 triliun di atas lahan 50 juta meter persegi. Proyek ini bukan cuma hunian, melainkan kota dengan segala kelengkapannya,” kata Mochtar.
Filsafat Tiongkok tentang strategi berperang pun dikutip Mochtar. Untuk memenangi perang, seseorang harus memiliki tujuan dan persiapan, salah satunya kebenaran, moral, dan firman (‘faith’. iman). Hal serupa juga diterapkan dalam bisnis.
Saat ini dunia menghadapi revolusi industri keempat dengan kemajuan ekonomi digital. Lippo tidak mau ketinggalan dengan mengantisipasi hal tersebut. Presiden Direktur Lippo Group Theo Sambuaga mengimbuhkan, saat ini seluruh unit kerja diwajibkan menggunakan teknologi informasi. “Baik dalam hal desain, administrasi, maupun pemasaran, serta lainnya harus sudah mulai diterapkan,” tandas Theo Sambuaga pada acara itu. (S-MI/AN/jr)
*) Disadur dari ‘MediaIndonesia.com’ Edisi Selasa (11/7/17)