Jakarta, 29/1/18 (SOLUSSInews) – Dewasa ini, istilah generasi milenial banyak digunakan dalam percakapan atau berbagai postingan di media sosial.
Sumber yang dilansir redaksi, generasi milenial merupakan orang yang lahir pada tahun 1980-an sampai 1995. Kebanyakan dari mereka sekarang telah bekerja dan memiliki penghasilan.
Penghasilan itu ada yang diperoleh dari profesi sebagai karyawan dan ada juga yang memiliki usaha sendiri alias wirausaha. Sebagian dari penghasilan itu tentunya dipakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sedangkan sebagian lainnya ditabung.
Tabungan itu merupakan investasi yang salah satunya bertujuan supaya kelak bisa membeli barang yang bernilai tinggi, misalnya kendaraan dan properti seperti rumah atau apartemen.
Properti nasional cerah
Nah, diprediksi kondisi pasar properti nasional pada tahun 2018 akan cerah dan prospektif, dengan tren pertumbuhan pasar properti yang diperkirakan berlanjut hingga 2019. Walau kemungkinan sedikit melandai pada semester II/2018 dan akan melandai terkait spekulasi terhadap kondisi politik di Indonesia menjelang Pemilu.
Kondisi tersebut memiliki arti, pasar properti nasional akan terus mengalami kenaikan dalam kurun waktu satu tahun ke depan, sambil menunggu perkembangan situasi dan stabilitas politik di Tanah Air.
Meski demikian, dampak tahun politik dinilai hanya sebagai faktor sementara yang akan memengaruhi siklus besar pasar properti.
Executive Director Indonesia Property Watch (IPW), Ali Tranghanda dalam acara gathering bertema “Ready to Take Off” di Synthesis Square, Jakarta, Kamis (25/1/18) lalu mengungkapkan, secara tren keseluruhan, hal tersebut tidak dapat disimpulkan, siklus properti mengalami penurunan.
Dengan asumsi, tahun politik dan Pemilu relatif berjalan lancar, iklim investasi properti akan semakin prospektif di sepanjang semester II-2019.
“Properti masih tertahan faktor di luar siklus. Padahal, siklus besar properti sudah memperlihatkan tren positif, sedikit terganggu fluktuasi siklus kecil di akhir dan awal tahun depan. Namun, dalam jangka panjang tren properti dipastikan sangat potensial,” ujar Ali.
Disebutnya lagi, siklus pasar properti akan mencapai titik tertinggi di tahun 2019. Ajang Pemilu tahun 2019 akan menjadi sebuah pertaruhan besar, karena berpengaruh psikologis terhadap iklim investasi properti, khususnya di segmen atas.
Untuk kondisi pasar properti tahun 2018, Ali menyatakan, pergerakan pasar sepertinya akan sedikit dipengaruhi oleh sentimen tahun politik, yang berdampak psikologis di semester II-2018.
Daya beli pasar relatif tumbuh tetapi berada dalam posisi wait and see yang lebih lama dan selektif dalam memilih investasi.
Secara keseluruhan, di tahun 2018 ini, hunian menengah hingga atas dengan kisaran Rp500 jutaan sampai Rp1 – 2 miliaran masih menjadi primadona.
Selain itu, apartemen menengah berbasis Transit Oriented Development (TOD) yang berada di pusat kota Jakarta diperkirakan akan marak di 2018.
Saatnya beli properti
Khusus untuk generasi millenials, Ali berpesan agar tidak segan untuk mengalokasikan pendapatannya untuk properti.
Ali menyayangkan masih banyak generasi millenials yang cenderung lebih memilih mengalokasikan uangnya untuk membeli gadget canggih terbaru atau liburan mewah.
Meski hal tersebut tidak salah, namun akan lebih baik jika generasi millenials juga memikirkan untuk memiliki tempat tinggal sendiri yang mereka beli dari penghasilan mereka.
“Alokasikan saja 20 persen pendapatan. Maka sudah bisa memiliki properti. Ini harus dipaksakan. Karena jika tidak ya tidak akan punya properti. Sebab properti ini aset berharga yang sangat bermanfaat,” tutur Ali seperti dilansir ‘Suara Pembaruan’.
Tawaran Lippo
Perumahan memang masih menjadi salah satu kebutuhan yang sulit dipenuhi oleh kebanyakan masyarakat, khususnya bagi generasi milenial yang hidup di pusat kota, seperti Jakarta.
Bahkan, berdasarkan data Kementerian Perumahan Rakyat dan Pekerjaan Umum (PUPR), angka kebutuhan rumah (backlog) Indonesia masih mencapai 11,4 juta unit pada tahun ini.
Terkait hal ini, CEO Grup Lippo, James Riady menilai, generasi milenial tak perlu ambil pusing lantaran Lippo akan berupaya memenuhi kebutuhan tersebut dengan membangun kota baru bernama Meikarta di kawasan Cikarang dengan luas mencapai 2.200 hektare.
Disebut James, Lippo akan membangun sekitar 400 ribu unit rumah di Meikarta yang ditargetkan rampung dalam lima sampai tujuh tahun ke depan.
Dari total target tersebut, sebanyak 250 juta rumah ditargetkan akan selesai dibangun pada tahap satu, yakni dalam kurun waktu tiga sampai lima tahun.
Sesuai kantong milenial
Hanya saja, James belum ingin membagi berapa besaran harga rumah yang ditawarkannya itu.
Namun, ia memastikan, harganya ‘masuk’ di kantong para generasi milenial, bahkan untuk para pekerja yang bergaji sesuai dengan batas Upah Minimum Regional (UMR) juga masih sesuai.
“Jadi, untuk yang gaji UMR, kalau dia dua sampai tiga orang bisa bergabung. Kalau tiga orang beli satu rumah, masing-masing cicilannya Rp600 ribu per bulan bisa,” kata James, seperti dilansir ‘CNN Indonesia’ medio tahun lalu.
Kemudahan untuk milenial
Selain memberikan harga ‘spesial’, James mengaku juga akan menyuguhkan berbagai kemudahan lainnya bagi generasi milenial dan pekerja bergaji UMR.
Yakni, fasilitas uang muka (down payment/DP) 10 persen dan program Kredit Pemilikan Rumah (KPR) selama 20 sampai 25 tahun serta bunga senilai 8,25 persen.
Kemudian, khusus untuk penawaran sebelum masa penjualan (pre-sell), Lippo juga memberikan diskon harga rumah dan harga tanah.
Adapun penawaran pre-sell tersebut diberikan Lippo bersamaan dengan soft launching Meikarta pada Sabtu (13/5/18) di Maxx Box, Orange Country, Lippo Cikarang. Demikian ‘CNN Indonesia’ menayangkan. (S-SP/CN/jr)