Jakarta, 15/3/18 (SOLUSSInews) – Pihak Bank Indonesia tetap tidak melihat rupiah akan terdepresiasi hingga mencapai level 15.000 per dolar AS. Pasalnya, fundamen rupiah masih cukup kuat menghadapi guncangan perekonomian global.
“Apa yang banyak diperkirakan dan diberitakan mengenai rupiah, secara fundamental tidak akan terjadi. Kami akan memastikan fundamen rupiah terjaga sehinga nilai tukar rupiah bisa stabil dan menguat dari yang ada sekarang,” kata Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Doddy Zulverdi saat bincang media di Jakarta, kemarin.
Sebelumnya, Lembaga pemeringkat internasioal Standard and Poor’s (S&P) Global Ratings mengingatkan bahayanya jika rupiah tembus 15.000 per dolar AS. Hal tersebut disampaikan Direktur Senior S&P Global Ratings Xavier Jean pada acara diskusi di Jakarta, Selasa (13/3/18).
Doddy mengatakan, siapa pun bisa berbicara mengenai nilai tukar yang dipandang sensitif atau berbahaya bagi suatu negara. “Tapi kami memandang itu adalah level-level yang bisa dikatakan semacam level psikologis, yang sifatnya seperti orang melakukan stress test,” ujarnya.
Level itu untuk melihat pada kisaran berapa nilai tukar mampu membuat sebuah kor-porasi menjadi bermasalah. Namun, yang perlu dipahami ialah angka psikologis ini bukan merupakan proyeksi. “(Angka 15.000) merupakan angka yang mengacu pada angka tertinggi yang pernah terjadi di Indonesia,” tandasnya.
Dalam masa pemerintahan Presiden Joko Widodo, nilai tukar rupiah mencapai level terendah pada 24 September 2015 di 14.855 per dolar AS. Saat baru menjabat rupiah bertengger di level 12.030. Nilai tukar rupiah berada di level 13.000 per dolar AS ketika memasuki 2017.
Faktor eksternal
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengatakan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sejak awal tahun lebih banyak dipengaruhi faktor eksternal.
“Sebetulnya ada asal mula dari luar sehingga jangan terlalu khawatir,” kata Darmin sebagaimana dikutip dari Antara di Jakarta, kemarin.
Darmin mengatakan fundamen ekonomi saat ini masih dalam keadaan baik sehingga penyebab pergerakan rupiah belum mengkhawatirkan, apalagi IHSG masih dalam keadaan stabil.
“Kalau masih sebentar, kurs baik, IHSG masih baik, itu belum konsisten dia memburuk,” katanya.
Harapan positif
Sebelumnya, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada kemarin pagi bergerak menguat sebesar 4 poin menjadi 13.731 dari posisi sebelumnya 13.735.
Terpisah, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan optimisme pemerintah terhadap perekonomian Indonesia yang masih akan terus tumbuh secara berkelanjutan memberi harapan positif pada pelaku pasar di dalam negeri.
“Pernyataan BI dan Kemenkeu terhadap optimisme kian membaiknya ekonomi Indonesia memberikan imbas positif pada bertahannya rupiah di area penguatan,” kata Reza Priyambada, seperti diberitakan ‘Media Indonesia’. (S-MI/jr)