Jakarta, 2/4/18 (SOLUSSInews) – Dalam beberapa tahun ke depan, ekonomi Indonesia akan tumbuh berlipat, seiring pertumbuhan ekonomi global yang sedang booming.
Serangkaian reformasi struktural yang sudah dilakukan dan akan berlanjut diyakini menjadi pendorong pertumbuhan yang signifikan. Sejalan dengan itu, Indonesia tetap akan menjadi tujuan investasi yang sangat atraktif.
Demikian benang merah pidato Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan dan CEO Lippo Group James Riady dalam seminar “Politik Ekonomi Bisnis 2018” di Tangerang, Banten, Sabtu (17/3/18) lalu.
Menko Kemaritiman Luhut Pandjaitan menyatakan, Indonesia menjadi tujuan investasi yang sangat atraktif karena banyak keunggulan dan daya tarik yang dimiliki.
Dia meminta investor tidak ragu, karena negeri ini memiliki arah kebijakan yang jelas. Berbagai kebijakan yang probisnis digulirkan dan akan terus dilanjutkan.
“Kita memiliki presiden yang kredibel. Dia orang yang tegas, berani mengatakan mana yang dia setuju dan mana yang tidak. Dalam waktu-waktu dekat akan banyak kebijakan yang mengejutkan untuk perbaikan ekonomi. Tunggu saja,” kata Luhut.
Kita aman
Luhut menyayangkan pandangan pengusaha atau investor yang bersikap wait and see untuk berinvestasi di Indonesia. “Dari dulu wait and see terus. Kenyataannya kita aman-aman saja. Tidak ada di negara kita orang sampai nembakin belasan anak sekolah seperti yang terjadi di Amerika,” kata Luhut.
Dia menyatakan, pemerintah sedang membenahi banyak inefisiensi yang ada. Salah satunya dengan menghadirkan inovasi untuk mempermudah investor.
Inovasi ini diberikan dengan cara menanyakan langsung apa yang dibutuhkan oleh pasar. Kebijakan yang ada tidak hanya satu arah dari pemerintah saja. Salah satu contohnya adalah saat membuat kawasan ekonomi industri terpadu di Karawang, Bekasi, dan Purwakarta.
Inovasi juga dilakukan dalam membangun infrastruktur. Sebab, infrastruktur akan menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi. Misalnya untuk pembangunan light rail transit (LRT), yang 25 persen biayanya didanai dari APBN.
Luhut Pandjaitan juga menyebutkan empat syarat bagi investor untuk melakukan investasi di Indonesia. Pertama, invetasi tersebut harus ramah lingkungan. Ia mencontohkan kasus pencemaran Sungai Citarum karena terkontaminasi mikro plastik. Mikro plastik ini dikonsumsi ikan dan bila ikan dikonsumsi oleh wanita hamil, anak yang lahir akan kuntet.
“Dalam kasus ini, yang paling bertanggung jawab adalah 300 industri yang membuang limbah ke Citarum karena sudah merusak generasi yang akan datang,” ucap Luhut.
Syarat kedua, investasi harus mendidik tenaga kerja lokal. Tenaga asing boleh digunakan selama empat tahun.
Syarat ketiga, investasi harus memberikan nilai tambah untuk komoditas yang akan diekspor.
Syarat keempat, keharusan transfer teknologi.
Reformasi struktural
Sementara itu, James Riady memaparkan ekonomi dunia yang saat ini tengah booming. Pertumbuhan ekonomi global yang sempat tinggi sekitar 4 persen sebelum krisis dan turun menyentuh 1,8 persen, tetapi dalam tiga tahun terakhir meningkat luar biasa.
Tahun 2016 produk domestik bruto (PDB) global tumbuh 3,2 persen, tahun 2017 sebesar 3,5 persen, dan estimasi tahun ini yang semula 3,7 persen direvisi menjadi 3,9 persen.
“Ekonomi global sudah kembali seperti sebelum krisis. Kita bisa melihat ekonomi dunia sedang membaik, Amerika, Jepang, Tiongkok, dan Asia Tenggara sedang meningkat,” ujar James.
James optimistis ekonomi Indonesia juga akan tumbuh cepat, mengikuti pertumbuhan ekonomi global. PDB dunia saat ini sebesar US$65 triliun dan akan menjadi US$210 triliun dalam 30 tahun ke depan. Apabila saat ini PDB Indonesia sebesar US$1 triliun, Indonesia akan cepat mencapai PDB sebesar US$ 3-5 triliun dalam beberapa tahun. Indonesia akan seperti Tiongkok.
“Pasti kalau kita kerja keras dan tekun, kita akan mendapatkan porsi kita dari booming ekonomi global,” katanya.
James juga menyebut, investasi asing ke Asia Tenggara saat ini sangat deras. Sayangnya, seperti yang dipertanyakan Presiden Joko Widodo, investasi yang masuk ke Indonesia tidak sebesar ke Vietnam dan Filipina.
“Ini pekerjaan rumah pemerintah kita. Bagaimana investasi Indonesia bisa meningkat karena ekonomi bertumbuh itu perlu investasi, konsumsi, dan ekspor,” ujar James.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), tahun ini target investasi sebesar Rp 765 triliun, meningkat dari realisasi 2017 sebesar Rp 692,8 triliun.
James melihat bahwa potensi ekonomi Indonesia untuk tumbuh cepat dan berlipat itu, antara lain didukung oleh reformasi struktural yang dilakukan pemerintah. Pemerintah telah mengeluarkan berbagai paket ekonomi dan membuat reformasi fiskal lewat amnesti pajak (tax amnesty). Tax amnesty yang sudah lama direncanakan dan baru dieksekusi Presiden Jokowi ini dinilainya sangat berhasil. Sebelumnya, Presiden Jokowi juga mereformasi besaran subsidi yang dialihkan untuk pembangunan infrastruktur.
“Saya berharap akan ada reformasi fiskal lanjutan, yakni penurunan tarif pajak penghasilan, baik untuk perusahaan maupun perorangan,” katanya.
Reformasi struktural yang juga sukses dilakukan Presiden Jokowi adalah di bidang infrastruktur. “Kami menunggu kapan reformasi struktural bidang pendidikan dan kesehatan. Ini sudah dijanjikan dan pasti bagus sekali,” ujarnya.
James setuju dengan pandangan Luhut Pandjaitan bahwa Presiden Jokowi memiliki kredibilitas tinggi. Saat dirinya dipanggil Jokowi untuk memberi masukan, James menyarankan dua hal. Pertama, presiden harus menguasai politik karena tidak memiliki basis partai. Kedua, presiden jangan berbisnis karena kelak akan timbul masalah.
“Dan terbukti, presiden memiliki kredibilitas tinggi. Ini menjadi modal utama untuk memimpin negara,” tegas James.
Transformasi digital
Pada bagian lain, James juga menekankan pentingnya transformasi digital untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Saat ini sedang terjadi transformasi digital secara besar-besaran di dunia.
Jumlah penduduk Indonesia saat ini mencapai 262 juta orang. Dia yakin jumlah smartphone juga sekitar 262 juta unit. Dalam 10 tahun ke depan, kepemilikan smartphone global bakal menembus 10 miliar unit. Selain itu, dalam dua-tiga tahun ini terjadi perubahan supply chain. Jika Indonesia tidak mengikuti perubahan, pasti akan ditinggalkan.
Lippo Group sendiri kini memiliki sejumlah lini usaha dengan 110 juta pelanggan. Lippo beroperasi di sembilan negara, tetapi investasi terbesar tetap di Indonesia.
Lippo juga harus melakukan transformasi digital, salah satunya dengan membuat aplikasi financial technology (fintech) Ovo. Saat ini Ovo telah diunduh oleh 8,5 juta pelanggan dan akan menuju 100 juta. Demikian dikompilasi dari Investor Daily. (S-ID/BS/jr)