Lippo Village, 9/4/18 (SOLUSSI) – Rektor Universitas Pelita Harapan, Dr Jonathan L Parapak, MEng.Sc, menegaskan, pendidikan yang berkualitas tidak hanya bicara mengenai akademik saja. Tetapi juga harus menekankan pada unsur karakter dan spiritual.
Hal ini diungkapkannya dalam acara “UPH Youth Leaders Forum 2018”, Sabtu (7/4/18) akhir pekan lalu, di Grand Chapel UPH, Lippo Village, Karawaci, Tangerang, Banten.
Disebutkan, Universias Pelita Harapan (UPH) sebagai perguruan tinggi harus mampu menyiapkan para mahasiswanya menjadi pemimpin masa depan yang telah dibekali oleh pengembangan wawasan luas dan terkini, serta pengembangan karakter.
“Melalui pengembangan karakter ini, kita berharap agar mahasiswa mampu menjadi bagian dan berdampak bagi bangsa Indonesia. Bagaimana mahasiswa mampu memberikan kontribusinya dalam memikirkan pembangunan NKRI. Tidak hanya itu, UPH juga selalu berusaha dan berkomitmen untuk menjadi kampus dengan pendidikan yang holistic dan transformatif,” jelas Rektor.
Dikatakannya lagi, komitmen UPH sebagai isntitusi pendidikan yang holistis dan transformatif ini dinyatakan melalui “UPH Youth Leaders Forum”.
Politik identitas
Forum ini dihadiri kurang lebih 300 mahasiswa yang terdiri dari Himpunan Mahasiswa UPH, perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Jabodetabek dari kurang lebih 12 universitas, dan juga publik.
Dalam forum yang mengangkat tema ‘Politik Identitas’ ini dibahas permasalahan terkait beragam perbedaan berasaskan asumsi status sosial seperti persoalan politik yang berkaitan dengan kesukuan, ras, maupun agama.
Lebih lanjut lagi Rektor menyatakan, alasan pemilihan tema tersebut karena masih banyaknya tantangan yang harus dihadapi NKRI ke depannya. Contohnya kesenjangan dan kemiskinan.
Untuk itu melalui forum ini, para mahasiswa diajak untuk berpikir dan mencari solusi atas tantangan tersebut.
Rektor juga mengajak agar mahasiswa dan publik peduli terhadap tantangan bangsa ini, terelebih karena politik identitas tersebut memang membutuhkan dukungan yang luas.
Acara ini juga menjadi persiapan bagi mahasiswa, dimana dengan mengundang BEM dari beragam universitas dapat bersama mencari solusi untuk persoalan bangsa tersebut.
Pemimpin era 2030
Ke depannya pada tahun 2030, Rektor UPH optimis mahasiswa masa kiini sudah akan menjadi pemimpin di negeri ini. Dimana pemimpin ini mampu berkontribusi dan membangun NKRI.
“Mari bersama-sama kita jadikan Indonesia ini menjadi negara yang terkuat dengan Bhineka Tunggal Ika yang sudah dibangun oleh para Founding Fathers sebelumnya. Dan semangat nasionalisme ini harus mampu dilanjutkan oleh generasi muda,” demikian Rektor UPH.
Dipaparkan, melalui forum ini, para perwakilan BEM yang berkumpul ini juga telah merumuskan beberapa solusi yang disepakati untuk dilakukan di lingkungan kampus mereka yaitu pertama, kampanye sosial anti-politik identitas.
Kemudian mahasiswa sebagai agen perubahan juga dapat mengadakan sosialisasi mengenai politik identitias serta berbagai bentuk manifestasinya untuk menimbulkan kesadaran mengenai permasalahan ini.
Selanjutnya, mereka menjadi rakyat serta pemilih yang up-to-date dengan isu terkini, sehingga mampu mengawasi dan mengkritisi proses Pemilu, Pilkada, serta kinerja para actor pilitik demi tercapainya politik yang bersih, adil, jujur, dan transparan.
Solusi tersebut di sepakati untuk para perwakilan BEM 12 universitas yang berpartisipasi di antaranya: UPH Karawaci, UPH Surabaya, Untar, Universitas Paramadina, STIE Paramadina, SGU, Universitas Pancasila, Universitas Trisakti, IBI Kwik Kian Gie, Sampoerna University, Asosiasi Mahasiswa Peduli Indonesia (AMPI), dan Atmajaya.
Dengan adanya forum seperti ini, diharapkan semangat nasionalis mahasiswa sebagai generasi muda terus ada, bahkan dapat memberikan kontribusi nyata bagi bangsa ini dan menjadi pemimpin masa depan yang benar. Demikian rilis dari Staf PR UPH. (S-r/TM/jr)