Batam, 16/4/18 (SOLUSSInews) – Batam sangat berpotensi menjadi pusat pengembangan klaster industri elektronik yang bernilai tambah tinggi. Upaya ini untuk mendukung implementasi Making Indonesia 4.0, karena industri elektronik merupakan salah satu dari lima sektor manufaktur yang akan menjadi percontohan dalam penerapan teknologi di era revolusi industri keempat.
“Hingga sekarang yang telah berkembang di Batam itu industri berbasis perkapalan, yang juga mensuplai marine offshore. Sektor ini terpengaruh dengan siklus harga perminyakan,” kata Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto (AH), ketika melakukan kunjungan kerja di Batam, Kepulauan Riau, Jumat (13/4/18) akhir pekan lalu.
Sementara itu, DPP Generasi Penerus Perjuangan Merah Putih 14 Februari 1946 (GPPMP) dalam sebuah kajian terbatasnya melalui sebuah lembaga yang dibentuknya, Institut Studi Nusantara (ISN), mengingatkan, status Batam seyogianya segera dibenahi, dari de jure selaku Free Trade Zone (FTZ) ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dengan tidak mengabaikan sebuah kolaborasi utuh memberdayakan SDM domestik.
“Batam tetap menjadi daya tarik investasi global, kendati dengan payung hukum kini yang belum dibenahi tuntas. Seiring dengan itu, jutaan tenaga kerja kita (di sektor formal maupun non formal, juga informal) berjibaku di Kota Batam dan sekitarnya. Ini yang patut menjadi atensi serius,” demikian salah satu benang merah kesimpulan ISN, belum lama berselang.
Pacu daya saing
AH mengakui, perberkembangan industri di Batam itu industri berbasis perkapalan, yang juga mensuplai marine offshore. Namun fakta belakangan menunjukkan, sektor ini terpengaruh dengan siklus harga perminyakan.
Karenanya, dengan merosotnya harga minyak mentah dunia beberapa waktu lalu, pertumbuhan sektor industri galangan kapal di Batam sempat mengalami penurunan.
“Saat ini, perekonomian Batam hanya dua persen. Untuk itu, kami tengah memacu daya saing industri berbasis elektronik. Selain itu, yang juga menjadi potensi adalah industri maintenance, repair, and overhaul (MRO),” papar Airlangga.
Peluang besar memajukan industri elektronik di Batam, diyakini Airlangga, karena di kota tersebut terdapat kawasan industri yang 70 persennya diisi oleh produsen elektronik beserta penghasil beragam komponen pendukungnya. “Ini yang akan kami dorong siklusnya untuk melengkapi industri elektronik di Batam, dari industri recycle sampai yang memiliki nilai tambah tinggi,” tuturnya.
Contohnya, di kawasan industri Batamindo, telah berdiri PT Infineon Technologies sejak tahun 1999 yang memproduksi semikonduktor dan solusi sistem untuk kebutuhan komponen elektronik di sektor otomotif, komunikasi dan energi.
Salah satu produk unggulan dari perusahaan asal Jerman ini ialah mikroelektronik yang diaplikasikan pada powertrain kendaraan untuk efisiensi mesin listrik atau hibrida. “Perusahaan ini sebagai top three di dunia. Di bidang energi, produknya nomor satu di pasar,” ungkapnya.
Disebutkan, mereka mampu memenuhi kebutuhan untuk komponen elektronik power plant, smartphone dan otomotif,” kata Menperin.
Bahkan, produk lainnya dari Infineon juga bisa diaplikasikan untuk mendukung sistem internet of things, yang menjadi salah satu ciri teknologi Industri 4.0.
Secara global, Infineon memiliki 36 pusat R&D dan 18 pabrik. Keuntungan Infineon dari penjualan produk semikonduktor secara global pada tahun 2017 diperkirakan mencapai USD414 miliar atau naik dibanding perolehan tahun sebelumnya sebesar USD339 miliar.
Di kawasan Asia Pasifik, Infineon menyerap tenaga kerja sebanyak 18 ribu orang, dengan kontribusi dari Batam sekitar 2.000 karyawan.
Optimalkan Kemampuan
Untuk mengoptimalkan kemampuan industri elektronik di Batam, menurut Airlangga, pihaknya terus berupaya menarik investor masuk lebih banyak agar semakin memperdalam struktur industrinya dan meningkatkan nilai tambah produknya terutama untuk memenuhi pasar ekspor.
“Kebanyakan industri di Batam itu untuk global market, karena potensinya dekat dengan Singapura dan lokasinya sangat strategis, sehingga harusnya bisa tumbuh lebih tinggi,” ujarnya. Apalagi, pasar industri elektronik untuk komponen otomotif masih cukup besar.
Peluang tersebut sejalan dengan upaya pemerintah yang sedang menggenjot sektor kendaraan, seperti pengembangan mobil listrik. Selain industri elektronik, industri otomotif juga ditetapkan sebagai sektor percontohan implementasi Industri 4.0, yang diikuti pula industri makanan dan minuman, kimia, serta tekstil dan pakaian.
Lebih lanjut, komponen elektronik yang juga bernilai tambah tinggi seperti yang digunakan di perangkat smartphone. Terlebih lagi, saat ini pengguna gadget semakin banyak, sehingga dapat mendorong Batam mewujudkan klaster industri yang menghasilkan multiplier effect. “Batam ini kan jadi outsourcing untuk produksi smartphone. Isi dari smartphone kan ada chips, dan chips itu telah diproduksi di Batam,” imbuhnya.
Empat langkah strategis
Airlangga menyebutkan, empat langkah strategis yang telah disiapkan dan akan dijalankan dalam upaya mengakselerasi pengembangan industri elektronik di Indonesia agar mampu memasuki era Industri 4.0. Yaitu, menarik pemain global terkemuka dengan memberikan paket insentif menarik, mengembangkan kemampuan dalam memproduksi komponen elektronik yang bernilai tambah tinggi.
Selanjutnya, meningkatkan kompetensi tenaga kerja dalam negeri melalui berbagai program pelatihan agar semakin terampil dan inovatif sesuai kebutuhan dunia industri saat ini, serta mengembangkan pelaku industri elektronik dalam negeri yang unggul untuk mendorong transfer teknologi ke industri serupa lainnya.
“Kami juga terus berupaya agar industri elektronik di Indonesia mengurangi ketergantungan kepada bahan baku atau komponen impor. Untuk itu, kami memacu industri elektronik dalam negeri agar tidak hanya terkonsentrasi pada perakitan, tetapi juga terlibat dalam rantai nilai yang bernilai tambah tinggi,” paparnya.
Selain mengunjungi kawasan industri Batamindo dan meninjau PT Infineon Technologies, dalam agenda kerja di Batam saat itu, sebelumnya Menperin memberikan pemaparan mengenai Implementasi Industi 4.0 di Indonesia pada Rapat Koordinasi Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Bank Indonesia. Demikian ‘BeritaSatu.com’ melansir. (S-BS/jr)