Bangkok, 11/7/18 (SOLUSSInews) – Terimakasih TUHANku. Akhirnya misi mustahil itu berhasil. Dan sebanyak 12 anak dan remaja klub sepakbola bersama seorang pelatihnya diselamatkan dari dalam gua Tham Luang di wilayah utara Thailand yang dilanda banjir.
Dalam berbagai tayangan televisi, operasi berbahaya untuk membawa empat orang terakhir dari dalam gua, berakhir pada Selasa (10/07).
Angkatan Laut Thailand menyatakan ,semua korban berhasil diselamatkan dan kini berada dalam keadaan aman. Sebanyak 19 penyelam masuk ke gua tersebut dalam misi berbahaya untuk menyelamatkan empat orang terakhir yang masih terperangkap banjir.
Ketua tim gabungan operasi penyelamatan korban di dalam gua yang juga gubernur Chiang Rai, Narongsak Osatanakorn, menyatakan, misi sulit akhirnya berhasil dilalui. Keberhasilan tersebut menuai pujian dan dirayakan di seluruh Thailand.
“Hari ini orang-orang Thailand, tim Thailand, berhasil menjalankan misi yang mustahil,” kata Narongsak.
Diketahui setelah sembilan hari
Tim sepakbola itu terperangkap di dalam gua pada 23 Juni lalu. Pelatih sepakbola mengajak anak-anak didiknya menjelajahi gua seusai latihan. Namun, saat berada di dalam gua, hujan deras turun dan mereka terperangkap. Mereka tak bisa melakukan komunikasi dengan keluar sampai akhirnya diketahui terperangkap dalam gua sembilan hari kemudian.
Proses evakuasi memakan waktu lama, karena medan yang sulit. Bahkan, upaya heroik tersebut menyisakan duka, karena satu penyelam akhirnya meninggal dunia.
Sebanyak delapan orang berhasil dikeluarkan dari dalam gua dalam operasi penyelamatan pada Minggu (8/7/18) dan Senin (9/7/18). Operasi penyelamatan terhadap empat orang terakhir dari dalam gua berhasil dilakukan pada Selasa (10/7/18). Empat korban terakhir yang diselamatkan setidaknya selama 18 hari terperangkap dalam gua.
Para korban berada dalam kondisi sehat, baik fisik maupun mental. Mereka langsung dibawa dengan menggunakan helikopter ke sebuah rumah sakit di dekat Chiang Rai, setelah muncul di mulut gua.
“Kedelapan remaja itu semuanya sehat, tidak demam. Semuanya dalam kondisi mental yang baik,” kata Jesada Chokedamrongsuk, sekretaris Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand dalam jumpa pers, Selasa (10/7/18).
Meski demikian, sambungnya, para petugas medis tetap bersikap waspada sembari menunggu hasil tes. Apalagi, dua di antara delapan remaja dicurigai mengalami infeksi paru-paru.
Sejak dikeluarkan dari dalam gua, kedelapan remaja yang dikeluarkan dari gua telah menjalani pemindaian sinar-X dan pemeriksaan darah. Kesehatan mereka akan terus dipantau di rumah sakit selama sedikitnya tujuh hari.
Gua ini ibarat labirin
Kompleks gua Tham Luang tempat para remaja itu terperangkap itu ibarat sistem labirin dengan celah beragam ukuran.
Ketinggian beberapa celah melebihi 10 meter. Sedangkan celah lainnya begitu sempit dan terendam air. Hal ini menimbulkan potensi bahaya bagi regu penyelamat.
Dan kematian seorang mantan penyelam Angkatan Laut Thailand, Saman Gunan, yang merupakan bagian dari tim pemasok suplai tabung udara kepada para remaja, menjadi bukti bahaya tersebut.
Bagaimana mereka lolos?
Para penyelam yang dilengkapi peralatan pernapasan khusus bertemu dengan para remaja setelah melewati serangkaian celah sempit terendam air. Remaja-remaja tersebut dibawa ke luar lewat jalur yang sama.
Pemerintah Thailand menyiapkan rencana yang matang dalam proses evakuasi tersebut. Setiap dua penyelam akan mendampingi seorang korban, sekaligus memandunya di tengah kegelapan menggunakan tali. Di celah sempit, para penyelam harus mencopot tabung oksigen, lalu menyelinapkan remaja-remaja itu beserta semua tabung udara. Setiap korban diberikan masker wajah.
Martin Grass, ketua kelompok penyelaman di gua, menyatakan, ke-12 remaja dan pelatih mereka diinstruksikan untuk tidak menahan napas, memakai sepatu katak secara perlahan, dan bernapas dengan rileks. Keberadaan dua penyelam yang mendampingi setiap remaja, menurut Grass, penting untuk memastikan mereka tidak panik. Setiap remaja juga dipasangi alat tandem ke salah satu penyelam, sehingga tidak ada risiko mereka menghilang di air yang keruh.
“Bisa jadi bonus bahwa para remaja itu masih muda. Sebab ketika seseorang masih muda, mereka cenderung merasa jagoan dan melihatnya sebagai sebuah petualangan,” ujar Grass.
Para remaja itu bisa menghabiskan 10 hingga 15 menit di dalam air, tergantung seberapa banyak celah yang terendam air. Namun perjalanan kembali ke mulut gua, yang mengharuskan mereka berjalan dan merunduk melintasi celah sempit, bisa memakan waktu agak lama.
Bagi regu penyelamat, diperlukan waktu 11 jam bolak-balik sejak masuk ke dalam gua dan kembali ke luar.
Sebagai langkah persiapan, para penyelam sudah menempatkan ratusan tabung udara di dalam gua untuk digunakan regu penyelamat dan para remaja.
Mesin pompa air bekerja
Selagi operasi penyelamatan berlangsung, kata Narongsak Osottanakorn, mesin pompa terus bekerja guna mengurangi banjir di dalam gua. Tinggi air di dalam gua akhirnya bisa mencapai level terendah dalam upaya penyelamatan tersebut, meski seberapa pun banyaknya air yang dipompa ke luar, masih ada air bisa masuk ke dalam gua melalui celah-celah dan aliran air pegunungan.
Karena itu, Narongsak mengatakan misi penyelamatan ini “berpacu dengan air”.
“Kekhawatiran terbesar kami adalah cuaca. Kami sedang menghitung berapa banyak waktu yang tersisa jika hujan, berapa jam dan hari,” ujarnya kepada wartawan.
Aparat Thailand juga sudah mencoba mengebor dinding gua untuk membantu mengeringkan air di dalam, tetapi batuan yang tebal menghalangi upaya itu.
Ada juga usulan, pengebooran bisa menjadi cara untuk mengeluarkan para remaja itu, sehingga mereka bisa diangkat ke luar. Akan tetapi, untuk memulai proses itu, jalan baru harus dibangun di atas gua untuk memberi ruang bagi alat berat bekerja menembus batu.
Apa bahaya di dalam gua?
Selama terperangkap, para remaja berusia antara 11 hingga 17 tahun, beserta pelatih mereka berumur 25 tahun itu, berkumpul di suatu landasan batu yang dikelilingi air. Suasana sekitar sangat basah, sehingga mereka harus menjaga kondisi tubuh tetap hangat dan kering agar terhindar dari risiko hipotermia.
Kekhawatiran selanjutnya ialah taraf oksigen di ruangan tempat mereka terperangkap. Para pejabat mengatakan, pada saat tertentu kadar oksigen di sana merosot hingga 15 persen, padahal biasanya bisa mencapai 21 persen.
Agar mereka bisa tetap menghirup udara, para penyelam memasok sekitar 100 tabung udara ke dalam gua.
Salah seorang penyelam, PO Saman, mengalami kesulitan dalam mengangkut tabung-tabung udara ini dan dia sendiri kesulitan bernapas. Pria itu akhirnya hilang kesadaran di dalam gua dan meninggal dunia.
Ke-12 remaja dan pelatih mereka telah mendapat makanan, air bersih, dan obat-obatan, terutama parasetamol, pada Selasa (3/7/18). Asupan lainnya juga diberikan agar mereka tidak kekurangan gizi.
Laksamana Apagorn Youkonggaew, kepala pasukan khusus Angkatan Laut Thailand, mengatakan, asupan khusus yang diberikan mencakup makanan mudah dicerna, vitamin, dan mineral. Pemberian asupan itu berada di bawah pengawasan dokter.
Beberapa pejabat Thailand mengatakan, sebagian besar remaja tersebut tidak mengalami cedera. Tetapi ada beberapa yang lemah dan menderita luka ringan.
Para remaja itu dibekali senter atau lampu pada Ponsel, tetapi mereka sudah duduk berjam-jam dalam kegelapan. Karena itu, begitu tim pencari dan penyelamat menemukan mereka, pencahayaan menjadi salah satu prioritas.
Para penyelam juga menyampaikan surat-surat dari orangtua para remaja agar mental mereka kuat.
“Mental mereka stabil dan itu cukup bagus sebenarnya,” kata Ben Reymenants, penyelam asal Belgia yang turut dalam operasi penyelamatan kepada kantor berita AFP.
“Untungnya pelatih bisa menjaga mereka tetap padu, berpelukan bersama untuk menghemat energi. Pada dasarnya itu yang menyelamatkan mereka.” Demikian ‘BeritaSatu.com’ merangkum dari BBC,TheGuardian,dan AFP. (S-BS/jr)