Jakarta, 27/7/18 (SOLUSSInews) – Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan sebuah iven perdamaian dunia bertahuk World Peace Forum.
Dilaporkan, World Peace Forum (WPF) atau Forum Perdamaian Dunia ke-7 tahun 2018 ini akan dilaksanakan di Hotel Sultan, Jakarta, pada 14-16 Agustus mendatang. Event dua tahunan ini rencananya akan dibuka Presiden Joko Widodo.
Disebutkan, WPF merupakan forum pertemuan, silaturahmi, dan tempat bertukar pikiran di antara para pencipta dan penggiat perdamaian dunia.
Mengangkat tema “The Middle Path for the New World Civilization” atau “Jalan Tengah Sebagai Solusi Terhadap Peradaban Dunia”, WPF 2018 mengusung semangat untuk menanggulangi krisis peradaban dunia saat ini.
Pencipta dan Penggiat Perdamaian
Utusan Khusus Presiden untuk Dialog dan Kerja Sama Antaragama dan Peradaban (DKAAP) sekaligus Ketua Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC), Prof Din Syamsuddin, memaparkan, 100 pencipta dan penggiat perdamaian, perwakilan dewan agama-agama dunia, tokoh agama, tokoh politik dan pengambil kebijakan dari berbagai negara serta 150 tokoh dari dalam negeri akan hadir untuk membahas solusi krisis peradaban dunia di forum ini.
Disebut Din, peradaban dunia saat ini mengalami kerusakan akumulatif, dunia yang tak menentu, dan dunia yang mengalami kekacauan. Masalah itu bisa ditanggulangi dengan suatu wawasan atau paradigma jalan tengah, baik dari perspektif agama maupun ideologi nasional.
“Tema WPF ini dimaksudkan sebagai sebuah upaya untuk mencari solusi terhadap krisis peradaban dunia yang dikenal dengan istilah dunia yang tak teratur, dunia yang serba tak pasti maupun adanya kerusakan dunia lainnya,” kata Din pada konferensi pers terkait penyelenggaraan WPF ke-7 di Jakarta, Kamis (26/7/18).
Sistem dorong kerusakan dunia
Din Syamsuddin menilai, kerusakan yang melanda dunia dewasa ini berpangkal pada sistem dunia yang dianggap tidak tepat, terutama karena sistem dunia itu mendorong liberalisme sehingga terjadilan kebebasan ekonomi, politik dan budaya. Peradabahan yang bernuansa liberalisme inilah yang dianggap sebagai faktor dasar dari krisis peradaban, dan liberalismes tersebut tengah berada pada titik ekstrim.
Di saat bersamaan, terjadi pula krisis pangan, krisis energi hingga krisis lingkungn hidup yang melanda dunia selama ini. Jika ini berlanjut akan semakin merusak tata peradaban dunia. Karenanya perlu dicarikan jalan tengah.
Indonesia sendiri, menurut Din, akan mengusulkan Pancasila sebagai jalan tengah. Menurut Din, sejatinya Pancasila menjadi jalan tengah untuk mengatasi krisis peradaban, bukan jalan ekstrimisme dan radikalisme.
Lanjut mantan Ketua Umum PP Muhamadiyah ini, Pancasila sudah mulai dilirik dan dipuji negara lain. Pancasila sebagai bentuk ideal dari sebuah negara majemuk, seperti Indonesia. Dunia yang majemuk juga memerlukan kesepakatan seperti Indonesia dengan Pancasila-nya. Pancasila sangat sesuai dengan agama-agama.
“Beberapa tokoh dari luar negeri yang datang ke Indonesia memberikan apresiasi pada Pancasila. Ini merupakan sindiran sekaligus dorongan bagi bangsa Indonesia supaya tidak malu dengan Pancasila, karena dunia pun melirik. Tentu kita ingin pemahaman dan pengamalan sejati dari Pancasila,” kata Din Syamsuddin, seperti diberitakan Suara Pembaruan dan juga dilansir ‘BeritaSatu.com’. (B-SP/BS/jr)