Jakarta, 23/9/18 (SOLUSSInews) – Ekonomi Indonesia berpotensi meningkat 1-2 persen. Karenanya, berdasarkan kinerja terkini, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menyampaikan, ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga tujuh persen apabila memiliki Sumber Daya Manusia yang melek teknologi.
“Kalau seluruh tenaga kerja di sektor industri sudah melek teknologi, ekonomi Indonesia berpotensi meningkat 1-2 persen, sehingga target pertumbuhan bisa mencapai tujuh persen pada tahun 2030,” paparnya.
Hal tersebut, dapat diwujudkan melalui implementasi industri 4.0 yang telah dicanangkan Pemerintah.
Bahkan, tambah Airlangga, berdasarkan peta jalan “Making Indonesia 4.0”, aspirasi besar yang akan diwujudkan ialah Indonesia masuk dalam jajaran negara 10 ekonomi terbesar di dunia tahun 2030.
Hal ini diyakini akan menciptakan pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif.
Menperin menambahkan, partisipasi dan produktivitas tenaga kerja industri mampu mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun demikian, diperlukan penguasaan teknologi digital guna menghasilkan inovasi sehingga bisa berdaya saing tinggi.
“Saat ini, di Indonesia, partisipasi tenaga kerja berada di tingkat 70 persen, kemudian tingkat pengangguran berada di level terendah sepanjang masa, yaitu sekitar 5,13 persen,” tambahnya.
Selain itu, tambahnya, angka kemiskinan berada pada 9,8 persen, terendah dalam dua dekade terakhir.
Singapura investasi US$5,04 M
Nilai investasi Singapura di Indonesia pada semester I/2018 tercatat sebesar 5,04 miliar dolar AS atau naik 38 persen dibandingkan periode sama 2017.
“Selama 50 tahun ini, hubungan bilateral (Indonesia-Singapura) telah terjalin dengan baik, terutama melalui peningkatan volume perdagangan dan investasi,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto melalui rilis, Minggu (23/9/18) seperti dilansir ANTARA dan ‘BeritaSatu.com’.
Sedangkan, sepanjang 2017, penanaman modal dari ‘Negeri Singa’ itu mencapai 8,44 miliar dolar AS.
Untuk nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Singapura pada 2017 sudah tembus sembilan miliar dolar AS, yang menjadikan negara jiran tersebut sebagai tujuan ekspor terbesar kelima.
Disebut Airlangga, belakangan ini pihaknya juga aktif menarik investor Singapura ke Kawasan Industri Kendal (KIK), Jawa Tengah.
“Saat ini, kami sudah memiliki lebih dari 43 ‘tenant’ di KIK. Selanjutnya, kami tengah memfokuskan untuk pengembangan politeknik furnitur di kawasan tersebut,” ungkapnya.
Pembangunan KIK itu merupakan hasil kerja sama antara investor Indonesia dengan Singapura.
Kawasan industri terintegrasi pertama di Jawa Tengah itu diproyeksikan menyerap potensi investasi sebesar Rp200 triliun.
Pada tahap pertama, lahan yang akan digarap seluas 1.000 hektare dengan target 300 penyewa dan menyerap tenaga kerja sebanyak 500 ribu orang hingga 2025.
“Untuk menjadi kawasan industri terpadu, pengembangan KIK direncanakan sampai tiga tahap dengan total lahan seluas 2.700 hektare. Kawasan ini akan didukung dengan pengembangan zona industri, pelabuhan, kota fesyen, dan permukiman,” paparnya.
Selain itu, menurut Menperin, kedua negara sepakat memperkuat kerja sama di bidang pendidikan kejuruan terutama untuk mengisi kebutuhan di sektor industri.
“Guru dan dosen dari Indonesia telah dikirim untuk mengikuti program pelatihan vokasi di Singapura, seperti di bidang permesinan, pembangkit listrik, dan teknik otomasi industri,” jelasnya.
‘Nongsa Digital Park’
Pada kesempatan yang sama, Duta Besar Indonesia untuk Singapura Ngurah Swajaya menyampaikan potensi kolaborasi RI-Singapura ke depannya akan dijalin di bidang ekonomi digital seiring dengan bergulirnya era revolusi industri 4.0.
“Salah satu prioritasnya adalah pengembangan Nongsa Digital Park di Batam sebagai wujud konkret kesepakatan kedua kepala pemerintahan untuk menjadikan Batam sebagai ‘digital bridge’ Singapura ke Indonesia,” terangnya.
Menteri Airlangga menggelar pertemuan dengan Menteri Perdagangan dan Perindustrian Singapura Chan Chun Sing, yang turut dihadiri Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) I Gusti Putu Suryawirawan.
Dalam pertemuan tersebut juga dibicarakan mengenai persiapan “leaders retreat” yang akan diselenggarakan di Bali pada 11 Oktober 2018. (S-AN/BS/jr)