Jakarta, 31/5/18 (SOLUSInews) – Investor Relation PT Multipolar Tbk, Agus Arismunandar menyatakan,pihaknya masih tetap melihat peluang menjanjikan di bisnis ritel.
Apalagi, menurutnya, sampai saat ini bisnis ritel masih menjadi tulang punggung PT Multipolar Tbk (MLPL). Meski dia pun mengakui, beberapa anak usaha dan entitas asosiasi, seperti PT Matahari Putra Prima (MPPA) dan First Media terganggu kinerjanya lantas alami pelambatan pertumbuhan pada 2017, akibat situasi ekonomi nasional.
Nah, guna memperbaiki kinerja anak usahanya di bidang ritel, MLPL melakukan beberapa upaya untuk memperbaiki kinerja.
“Di antaranya perombakan manajemen untuk mendorong perubahan yang lebih baik, mengurangi inventory, serta perampingan penawaran produk,” kata Agus seusai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) MLPL pada Senin (28/5/18) awal pekan ini, seperti diberitakan ‘Kontan.co.id’.
Diinformasikan pula, perombakan jajaran direksi dan komisaris PT Matahari Putra Prima (MPPA) berlangsung dalam Rapat Umum Pemegang Saham. Perombakan jajaran komisaris dan direksi ini, untuk memantapkan kinerja korporasi.
Dilaporkan, dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS di Hotel Aryaduta, Lippo Village, Tangerang, Senin (28/5/18) awal pekan ini, mengangkat Roy Nicholas Mandey sebagai Wakil Presiden Komisaris, lalu Rudy Ramawy (Komisaris Independen), Henry J Liando (Komisaris), Andre Rumantir (Direktur), dan Fendi Santoso (Direktur Independen).
Turunkan harga
Disebutkan, di kota kecil, biasanya Hypermart (salah satu unit usaha MPPA) kalah dengan swalayan lokal yang skalanya kecil dan menawarkan biaya lebih murah.
Sehingga, kata Agus, saat ini MLPL juga melakukan penurunan harga melalui anak usahanya MPPA yang dimulai sejak 2017. Yakni, dengan menurunkan harga 5.000 produk.
“Upaya menurunkan harga ini sudah menunjukkan hasil, jumlah transaksi sudah bergerak naik. Saat ini kami fokus bagaimana pelanggan mulai belanja lagi di kami,” ungkapnya.
Dominasi bisnis ritel
Perihal kontribusi penjualan neto per segmen sepanjang 2017, ritel masih mendominasi dengan 79,8 persen, segmen Telekomunikasi, Multimedia, dan Teknologi (TMT) 12,5 persen, sisanya bisnis lain-lain dan investasi sebesar 7,7 persen.
Meski bisnis ritel mencatatkan kinerja kurang bagus pada 2017, akan tetapi laba bruto per segmen masih banyak dikontribusi oleh ritel sebesar 85,8 persen, TMT sebesar 7,8 persen, dan 6,4 persen dari bisnis lain serta investasi.
“Meski sepanjang tahun 2017 bisnis ritel kami menurun, kami percaya diri terhadap bisnis ritel ini masih akan berkembang. Kami masih mempertahankan kepemilikan kami,” jelas Agus Arismunandar. (S-KN/jr)