Jakarta, 29/11/18 (SOLUSSInews) – Efek isu-isu global terus berdampak pada pasar saham. Itu juga yang terjadi di Asia, di mana pasar saham membukukan perdagangan positif pada Kamis (29/11/18) menjelang pertemuan penting antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping.
Dilaporkan CNBC, pertemuan kedua pemimpin dunia itu sangat diharapkan mengurangi tensi perang dagang antara AS dan Tiongkok.
Disebutkan pula, kenaikan indeks yang melanda bursa saham di Asia, dipicu Indeks Wall Street yang ditutup menguat, menyusul pernyataan Gubernur Bank Sentral AS (Federal Reserve) Jerome Powell, suku bunga acuan The Fed saat ini sudah mendekati level normal.
Dampaknya terlihat pada Indeks Nikkei 225 di Bursa Tokyo, naik 0,76 persen pada sesi perdagangan Kamis pagi.
Tren positif juga melanda Indeks Topix di bursa yang sama, yang naik 0,75 persen. Sedangkan di Bursa Seoul, Indeks Kospi meningkat 0,82 persen.
Sentimen positif juga terjadi di bursa saham Tiongkok. Indeks saham gabungan di Bursa Shanghai naik 0,49 persen, demikian pula indeks di Bursa Shenzhen meningkat 0,56 persen.
Adapun di Hong Kong, Indeks Hang Seng naik 0,59 persen.
Rupiah dan IHSG
Sementara itu di Jakarta, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga pukul 11.00 WIB naik 84,31 poin (1,4 persen%) ke posisi 6.077,36.
Sementara itu nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS pada Kamis pagi juga menguat ke level Rp14.338 dari penutupan Rabu (28/11/18) di posisi Rp14.535 per dolar AS. Demikian ‘BeritaSatu.com’.
Di Australia, Indeks ASX 200 melonjak 0,57 persen, dan ini melanda di hampir semua sektor. Indeks sektor energi, misalnya, naik 0,5 persen, sektor material melonjak hingga 1,14 persen, demikian pula saham-saham sektor keuangan juga mengalami kenaikan indeks 0,76 persen.
Apa yang terjadi di bursa saham Asia pada Kamis pagi, menyusul sentimen positif yang diembuskan Bursa Wall Street, New York. Indeks Dow Jones meningkat hingga lebih 600 poin pada penutupan perdagangan Rabu (28/11/18).
Pergerakan Wall Street
Sentimen positif yang terjadi di Wall Street, dipicu oleh pidato Jerome Powell. Pada Rabu, dia mengatakan, tengah mempertimbangkan suku bunga acuan The Fed telah mendekati level normal.
Pernyataan ini menunjukkan perbedaan yang penting dibandingkan dengan pidatonya kurang dari dua bulan lalu.
“Mempertimbangkan tidak adanya kenaikan suku bunga sejak September, pernyataan tersebut memberitahukan kepada satu dari dua hal, bahwa The Fed akhirnya mengetahui di mana level normal suku bunga, atau mereka yakin perlunya menghentikan pengetatan,” ujar Managing Director BK Asset Management, Kathy Lien.
“Data-data ekonomi menunjukkan pelemahan. Pasar saham jatuh, dan anjloknya harga minyak dan gas sehingga memperkecil peluang inflasi,” tambahnya. Pernyataan Powell membuat dolar AS melemah.
“Investor akan menanti perkembangan pertemuan Trump dan Xi akhir pekan ini,” ujar analis dari ANZ Research, Jack Chambers.
Dalam pertemuan dengan Xi, Trump diagendakan untuk membahas sejumlah isu, di antaranya dugaan pelanggaran hak cipta oleh Tiongkok, masalah kepemilikan perusahaan-perusahaan AS di negeri itu, serta persoalan hambatan tarif dan nontarif. (S-BS/CNBC/jr — foto ilustrasi istimewa)