Jakarta, 11/5/20 (SOLUSSInews.com) – Jelas, pusat perbelanjaan menjadi salah satu sektor yang terkena dampak kebijakan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB.
Setidaknya, menurut Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), ada 197 mal yang terpaksa harus tutup sementara di Tanah Air untuk mencegah penularan Covid-19.
APPBI menyatakan, dalam penutupan sementara mal-mal ini, hanya tenant (penyewa) yang menjual kebutuhan pokok dan kesehatan yang boleh tetap beroperasi.
Bagaimana dampaknya ke emiten pengelola mal yang sahamnya juga tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI)?
Kita mulai dengan engelola mal di bawah bendera Lippo Group, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), yakni Lippo Malls Indonesia (LMI). Jelas LMI turut merasakan dampak kebijakan pembatasan sosial. Terlihat dari pergerakan saham LPKR yang melemah 37,60 persen sejak awal tahun, sedangkan sepekan terakhir di kelang akhir April, saham perseroan menguat 16,92 persen di Rp149/saham.
Meski demikian, pada Rabu (29/4/20) lalu, saham LPKR menguat secara harian 6,43 persen. Saham anak usaha LPKR, yakni PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK) juga naik hari ini 0,74 persen di level Rp685/saham.
Sementara itu, saham pengelola mal Gandaria City dan Kota Kasablanka (Kokas) yakni PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), misalnya juga melemah selama sepekan terakhir di akhir April lalu sebesar 3,72 persen ke posisi Rp360/saham. Secara year to date atau tahun berjalan pelemahan saham PWON lebih dalam lagi, 51,35 persen dengan investor asing melakukan jual bersih Rp75,76 miliar di seluruh pasar.
Tidak hanya itu saja, pengelola Plaza Indonesia, PT Plaza Indonesia Realty Tbk (PLIN), selama sepekan, sahamnya terkoreksi 14,81 persen ke posisi Rp2.300/saham. Sejak awal tahun, pelemahan saham PLIN bahkan mencapai 30,30 persen, kendati investor asing melakukan beli bersih Rp290 juta.
Lalu, emiten pengelola mal Central Park, Senayan City, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), sahamnya juga terkoreksi cukup dalam 41,81 persen sejak awal tahun ke posisi Rp103/saham.
Sedamgkan saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), perusahaan pengelola mal Summarecon, juga melemah 58 persen year to date di level Rp424/saham, dan saham PT Sentul City Tbk (BKSL) stagnan di level Rp50/saham.
Berdampak tidak tercapainya target pendapatan
Anggota Dewan Penasihat Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (HIPPINDO), Tutum Rahanta berpendapat, penutupan sejumlah mal akan berdampak pada tidak tercapainya target pendapatan perusahaan penyewa pusat perbelanjaan pada tiga bulan pertama tahun ini.
“Itu sudah pasti, tapi berapa besar kerugiannya belum dapat kita prediksi karena PSBB masih berjalan, sedangkan pengeluaran masih terus berlangsung,” katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (29/4/20) lalu, seperti dilansir CNBC Indonesia.
Karena itu, HIPPINDO mengusulkan agar kebijakan PSBB dapat dilonggarkan agar penyewa bisa kembali beroperasi untuk menyelamatkan arus kas yang terguncang selama masa pandemi Covid-19.
“Ini bukan hanya penutupan toko, ada karyawan, utility dan berbagai faktor lainnya. PSBB sebisa mungkin dilonggarkan kalau bisa sebelum Idul Fitri untuk sedikit mendapat pendapatan tahun ini, tentu akan sangat menolong,” kata Tutum Rahanta. (S-CNBC/jr — Foto Ilustrasi Istimewa)