Tokyo, 23/1/21 (SOLUSSInews.com) – Data menunjukkan, kasus bunuh diri meningkat di Jepang selama 2020, setelah menurun satu dekade terakhir. Dan tren jumlah wanita yang bunuh diri melonjak di tengah tekanan emosional dan keuangan akibat pandemi Covid-19, bahkan ketika lebih sedikit pria bunuh diri.
Kasus bunuh diri memiliki sejarah panjang di Jepang sebagai cara untuk menghindari rasa malu atau tidak terhormat. Tingkat bunuh diri di Jepang telah lama menduduki puncak negara-negara Kelompok Tujuh (G7), tetapi upaya nasional bersama menurunkan angka itu sekitar 40 persen selama 15 tahun, yang mencakup penurunan selama sepuluh tahun berturut-turut dari 2009.
Namun, data awal polisi yang diterbitkan pada Jumat (22/1/21) menunjukkan, jumlah kasus bunuh diri mencapai 20.919 tahun lalu, 750 kasus lebih banyak dari pada 2019.
Jumlah kasus bunuh diri telah cenderung lebih rendah pada paruh pertama tahun 2020, namun mulai meningkat pada bulan Juli dan seterusnya ketika dampak wabah virus korona melanda, demikian para aktivis dan peneliti.
Perempuan meningkat 14,5 persen
Berdasarkan jenis kelamin, 13.943 laki-laki dan 6.976 perempuan mengakhiri hidup mereka – penurunan satu persen dari tahun sebelumnya untuk laki-laki, tetapi peningkatan 14,5 persen untuk perempuan. Yakni, yang cenderung bekerja di sektor jasa dan ritel, dimana mengalami lebih banyak kehilangan pekerjaan selama pandemi.
“Tren menyakitkan dari meningkatnya kasus bunuh diri oleh perempuan terus berlanjut,” kata seorang pejabat Kementerian Kesehatan dalam jumpa pers.
“Bunuh diri adalah akibat dari banyak hal yang berbeda, tapi menurut saya satu hal yang pasti bisa kita katakan adalah ada dampak virus corona pada faktor ekonomi dan gaya hidup,” tambahnya.
Bulan terburuk ialah Oktober, ketika jumlah kasus bunuh diri mencapai 2.153 sebagai total bulanan tertinggi dalam lebih dari lima tahun. Jumlah kasus bunuh diri oleh perempuan, yakni 851 orang, naik 82,6 persen dibandingkan bulan yang sama pada 2019.
Selama bertahun-tahun, mencari bantuan psikologis telah dipandang sebelah mata di Jepang, tetapi ketika bunuh diri mencapai puncaknya pada 2003 dengan jumlah kasus sebanyak 34.427, para pembuat kebijakan yang khawatir akhirnya membuat program pencegahan komprehensif, dimana diluncurkan pada 2007.
Melalui kombinasi upaya pemerintah dan perusahaan yang termasuk mengidentifikasi kelompok berisiko, membatasi waktu lembur dan mempermudah mendapatkan konseling, angka bunuh diri telah menurun menjadi sedikit di atas 20.000 pada 2019, sebelum virus corona menyerang. (S-ANT/MI/jr)