Yangon, 28/3/21 (SOLUSSInews.com) – Dilaporkan, puluhan orang telah dibunuh oleh pasukan keamanan di Myanmar, Sabtu (27/3/21), pada hari paling mematikan sejak kudeta militer negara itu.
Seperti dilaporkan BBC, tindakan keras mematikan itu terjadi ketika pengunjuk rasa menentang peringatan dan turun ke jalan pada Hari Angkatan Bersenjata tahunan.
Lebih dari 90 kematian, termasuk anak-anak, dikonfirmasi oleh kelompok pemantau Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
“Mereka membunuh kami seperti burung atau ayam, bahkan di rumah kami,” kata penduduk Thu Ya Zaw kepada kantor berita Reuters di pusat kota Myingyan.
“Kami akan terus memprotes,” tambah Thu Ya Zaw.
Pejabat AS, Inggris dan Uni Eropa mengutuk kekerasan tersebut. Bahkan Menteri Luar Negeri Inggris, Dominic Raab menyebutnya sebagai “terendah baru”.
AAPP menyatakan jumlah korban tewas terus meningkat.
Kekerasan terbaru membuat jumlah yang terbunuh dalam penindasan protes di Myanmar sejak kudeta 1 Februari menjadi lebih dari 400 orang.
Militer menguasai negara Asia Tenggara itu setelah Pemilu yang dimenangkan oleh partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) Aung San Suu Kyi.
TV pemerintah menyiarkan pengumuman malam sebelumnya mengatakan, orang-orang “harus belajar dari tragedi kematian yang buruk sebelumnya bahwa Anda bisa berada dalam bahaya ditembak di kepala dan punggung”.
Pasukan keamanan mengerahkan kekuatan untuk mencegah aksi unjuk rasa.
Gambar yang dibagikan di media sosial menunjukkan orang-orang dengan luka tembak dan keluarga yang berduka. (S-BBC/Rtr/BS/jr