Cikarang, 6/10/17 (SOLUSSInews) – Sebuah cuplik kisah ‘tempo doleh’ menarik untuk disimak, seperti dilansir ‘KompasProperti. Yakni, boleh jadi, Residen Batavia PH Willemse pusing tujuh keliling.
Kala itu, Oktober 1931, tak tersedia jalan memadai sebagai penghubung antara Batavia menuju Distrik Cikarang di kawasan pantai Jawa bagian utara.
Padahal, jalan kereta api dari Manggarai menuju Kedunggedeh bikinan Beos atau dikenal dengan Bataviasche Ooster Spoorweg Maatschapij (Maskapai Angkutan Kereta Api Batavia Timur) baru saja rampung.
Sementara itu, Distrik Cikarang sebagaimana tulisan laman semboyan35.com menjadi bagian pengembangan penanaman modal asing akibat politik liberal Pemerintah Hindia Belanda di Indonesia. Di distrik itu, perlahan tetapi pasti industri kian berkembang.
Jadi, bukan isapan jempol belaka bahwa kini Cikarang menjadi salah satu kecamatan di Kabupaten Bekasi, seakan sudah mempunyai “bakat” sebagai pusat industri sekaligus pusat pergerakan ekonomi.
Basis ekonomi menguat
Sampai kini, basis ekonomi Cikarang semakin menguat karena memiliki 4.000 perusahaan multinasional dari 35 negara. Dari jumlah itu, total pekerja asing yang bekerja di situ ada sekitar 20.000 orang.
Tidak heran, Cikarang bisa berkontribusi rerata hingga 30 persen ekspor nasional. Jika dibandingkan dengan Batam, Cikarang terbilang unggul.
Pasalnya, dari laman bps.go.id diperoleh informasi bahwa Batam menyumbang rata-rata ekspor nasional di posisi 20 persen.
Wajar kemudian bila pemeo “ada gula ada semut” juga menerpa Cikarang. Tantangan yang mengemuka, bila ditinjau dari sisi infrastruktur jalan, adalah perlunya penambahan ruas jalan sekaligus moda transportasi dari dan menuju Cikarang.
Jadi tulang punggung
Ihwal jalan raya, sejak rampung pada 1987, Jalan Tol Jakarta-Cikampek sampai sekarang menjadi tulang punggung pergerakan lalu lintas orang dan barang. Dari titik Km 0 (nol) di Cawang, Jakarta Timur, menuju Cikarang, jaraknya 28 kilometer.
Sekarang, pada jam sibuk, waktu tempuhnya bahkan melampaui lebih dari satu jam. Kemacetan menjadi pemandangan lazim sepanjang hari di jalan tol sepanjang 72 kilometer itu.
Pemerintah memang tak tinggal diam. Pembangunan infrastruktur jalan di Tol Jakarta Cikampek pun dilaksanakan sejak 2015. Tercatat saat ini ada tiga proyek yang sedang berlangsung di ruas Jalan Tol Jakarta-Cikampek, yakni pembangunan kontruksi Light Rail Transit ( LRT) Bekasi-Cawang, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dan Tol Jakarta-Cikampek 2 Elevated. Kemacetan panjang pun jadi keluhan.
Kendati demikian, adalah sikap yang bijaksana bila pertimbangan rampungnya seluruh proyek pembangunan bisa melancarkan arus transportasi dari dan menuju Cikarang. Dua proyek yang diyakini mampu mempersingkat waktu tempuh dimaksud adalah Jakarta Light Rail Transport (LRT) dan Mass Rapid Transit Jakarta atau Angkutan Cepat Terpadu Jakarta.
Jakarta LRT akan berbentuk kereta layang. Sementara itu, MRT Jakarta berbentuk kereta layang dan kereta bawah tanah.
Berbekal dua Peraturan Presiden (Perpres), yakni Perpres 98/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi dan Perpres 99/2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Perkeretaapian Umum di Wilayah Provinsi Daerah Ibukota Jakarta, LRT Jakarta mulai dibangun pada 2 September 2015.
LRT Jakarta mempunyai enam rute, yakni Cawang-Cibubur, Cawang-Kuningan-Dukuh Atas, Cawang-Bekasi Timur, Dukuh Atas-Palmerah Senayan, Cibubur-Bogor, dan Palmerah-Grogol/Bogor. Secara khusus, rute Cawang-Bekasi Timur dibangun di sisi utara Jalan Tol Jakarta Cikampek.
Singkat menuju Cikarang
Kelak, jika semua rute itu rampung, satu jalur untuk pergerakan “ular besi”, istilah untuk kereta api ringan cepat. Pada rute Cawang-Bekasi Timur, pengguna lalu lintas tinggal meneruskan rute jalan tol menuju pusat kota Cikarang.
Sementara itu, Jakarta MRT bakal dibangun dengan dua rute. Pertama adalah rute utara-selatan yang menghubungkan Lebak Bulus menuju Bundaran Hotel Indonesia berlanjut ke Kampung Bandan. Rute kedua yang masih dalam perencanaan adalah barat dan timur. Jakarta MRT adalah jalur “ular besi” berikutnya.
Kelak pertemuan dua proyek, yakni Jakarta LRT dan MRT Jakarta, akan terwujud. Selain itu, sistem transportasinya pun terintegrasi.
Maka, diharapkan, waktu tempuh dari dan menuju Cikarang bisa terpangkas kurang dari 60 menit. Pada akhirnya, bisa dibayangkan bila sepasang “ular besi” akan mempermudah sekaligus menyingkat waktu menuju Cikarang.
Sementara itu, di Cikarang, akan ada rencana Jakarta baru, yakni Meikarta. Megaproyek dari Lippo Group senilai Rp278 triliun ini ialah harapan baru bagi Cikarang dan bahkan sekitarnya. (S-jr, dari berbagai sumber — foto ilustrasi istimewa)